Dari Mie Rebus Sebungkus Bagi Tiga, Hingga Bekerja dengan Google

mie-instanHujan lebat mengguyur kota ini, perut la tidak bisa keluar, hujannya sangat lebat. Bikin mie rebus sepiring berdua dengan istri, syahdu rasanya makan berdua, apalgi hari hujan sambil menikmati panasnya kuah mie rebus itu.

Sambil makan teringat semasa kecil, dimana dari kecil sejak SD sambal saya hanyalah mie rebus yang dibagi dua dan dibagi tiga pula kadang kadang, supermi satu bungkus itu direndam sepertga, kemudian dijadikan sambal untuk makan nasi, itulah saya dari kecil.

Pernah juga makan dengan parutan kelapa, gula dan nasi, asal perut kenyang saja. Begitulah kehidupan di zaman itu, zaman yang masih belum mengenal yang namanya keyboard, masih kalkulator , itupun hanya orang kaya yang punya.

Saya mulai mengenal kerasnya hidup, dan mulai merasakan nikmat dan susahnya cari uang itu sejak kelas 3 SD, dari kelas 3 SD saya sudah jualan kue, sebelum berangkat sekolah harus antarkan sapi dulu ke padang rumput, baru mandi dan jalan kaki menuju sekolah sambil jualan kue (pinukuik), ya begitulah hidup, semua nikmat saja jika dijalani, meskipun dari kecil sering dongkol karena disuruh bekerja seperti tu, tapi ternyata itu berpengaruh terhadap cara hidup saat ini, itulah luar biasanya orang tua saya, mereka mengajarkan berusaha, bukan hanya menunggu dari mereka.

Begitu juga dengan dunia yang saya geluti saat ini, mengisi web dan mengelola blog, sambil mengajar dan berbagi ilmu, ini saya lakukan dan saya dapatkan karena belajar terus menerus, bertanya pada google setiap hari, dan selalu mencoba sesuatu yang baru.

Sekian saja dulu,

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.