Perjalanan Singkat ke Muaro Paiti
Senin pagi masih mengajar di SMP DEK, siangnya ingat mau pulang kampung langsung cus pulang, padahal biasanya untuk pulang kampung saja butuh perencanaan, karena memang jauh juga dari kota Padang ini, sekitar 200 kilometer lah dari pusat kota padang.
Tapi kali ini tak mikir jauhnya, hanya ingin menenangkan diri dan ada yang mau diurus ke ninik mamak di kampung.
Perjalanan dimulai dengan naik bus Yudha jurusan Padang – Payakumbuh, dan ternyata pasar koto baru macet seperti luar biasa.
Sampai di kampung sudah malam pula, besoknya baru bisa bekelana keliling muaro paiti, melihat apa yang telah terjadi dan apa yang telah berubah. Itu Foto diatas Amak saya sedang membantu perusahaan Rumah Makan di Pasar Raya Muaro Paiti, mengupas timun untuk nasi bungkus.
Ini Foto Saya Cek tensi, kebetulan ada alat otomatis untuk cek tensi dirumah, yang baterainya sudah hampir punah, dan ternyata hasil tensi saya 120/80, entah normal itu entah tidak, yang penting sudah di cek.
Ini Gedung Baru dibangun pula, letaknya dekat kantor PNPM, entah kantor apalah ini saya kurang tahu juga.
Ini Kabarnya adalah gedung pertemuan yang akan dibangun, dulunya disini MDA, dan saya pernah belajar MDA (kitab kuning) disini selama tiga tahun, dan banyak sekali ilmu agama yang saya dapat di gedung yang lama itu, tapi sekarang sudah dihancurkan oleh pak wali, dan digantinya dengan bangunan baru, itu bagus dan kemajuan buat kampung.
Sudah hampir dua jam berkeliling kampung, dan singgah sebentar ditempat jual goreng, dan pilihannya dirumah ketua Irpan Midedi, dan istri dialah yang jual goreng ini, sedangkan dia sekarang adalah Caleg dari partai Demokrat untuk Kabupaten Limapuluh Kota.
Lewat di depan kedai “datuk” saya, terpasanglah kacamata barunya, dan ketika ditanya jelas atau tidak, ternyata jawabnya sama saja, untuk menggaya saja ini katanya.
Pulang sekolah dia kayaknya, tapi sudah sore banget, mungkin dia jalan-jalan dulu main kelereng atau main pak tepong.
Haus ?, singgah dulu di juicenya mak did, ayah yoyon atau yanda dia, dia yang jual jus selalu standby di muaro paiti, kalau mau deliveri ke padang bisa juga, dengan jarak 200km, ongkir 6rb per km. kalikan saja sendiri
Ini kantor Polsek Kapur IX, polsek itu apa kepanjangannya ?, maaf saya ragu untuk menjawab, yang jelas ini terletak didepan rumah teja rusadi, teman saya sejak kecil, dia juga saudara saya.
Ini bus yang saya tumpangi dari muaro paiti ke payakumbuh, meletus ban nya satu ketika melewati jembatan layang kelok sembilan, terkejut kami seisi mobil itu, kami kira ada apa-apa dan ternyata cuma ban meletus, dan perjalanan tetap dilanjutkan dengan kondisi ban kempes.
Ini namanya Oki Saputra katanya, dia pemisnis ulung lintas negara, luar negeri saja mainnya, sekarang dia pusing mikirin cari bini.
Ini puskesma muaro paiti, letaknya di jalan arah ke pasar usang, entah jalan Bundo Kanduang namanya, kalau saya tidak lupa.
Sate imas, saya tidak terlalu suka, karena manis, dan dia selalu berdiri di depan rumah saya setiap sore, asapnya itu sangat harum sekali masuk ke pori2 rumah saya.
Surau Al-Falah, disinilah tempat saya mengaji dulu, waktu SD, SMP saya mengaji di surau ini, dan smpat dipanggil ustad kecil, karena sudah mengajarkan juga,
Toko komputer, Edo Komputer, itu punya abang saya, dia punya toko komputer dikampung, dan punya toko baju juga, dan Arrum Taylor itu punya kakak saya, jadi dalam sebuah toko itu ada dua usaha, terserah orang mau pilih mana sesuai kebutuhan, ini tempat menjahit terbaik se kapur ix, menurut saya. Karena punya kakak saya sendiri, jadi itulah yang terbaik.
Dan ini ketika sampai di padang, lumayanlah ngirit daripada naik blue bird dari lubuk buaya ke simpang haru, mending naik trans padang yang masih gratis dan sambung pake angkot ke simpang haru.
Perjalanan yang melelahkan tapi setidaknya menghilangkan sedikit kepanikan di kota ini, sekarang sudah berada lagi di kota yang panas ini.
Nice artikel