Perkembangan dan Dampak Teknologi Kecerdasan Buatan pada Kehidupan Manusia
Selamat Pagi, kali ini kita akan bahas tentang Teknologi Kecerdasan Buatan dan Bagaimana Dampaknya terhadap kehidupan manusia, mungkin kata kecerdasan buatan sudah pernah anda dengar, tapi belum begitu paham dengan apa yang disebut teknologi kecerdasan buatan, pada kali ini saya akan bahas sedikit tentang Perkembangan dan Dampak Teknologi Kecerdasan Buatan pada Kehidupan Manusia
Apa itu Kecerdasan Buatan ?
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) adalah kecerdasan yang ditambahkan oleh manusia ke dalam sebuah sistem teknologi, diatur dan dikembangkan secara ilmiah, mengacu pada kecerdasan entitas ilmiah yang ada. Kecerdasan berusaha untuk menyerupai kecerdasan alami manusia.
Beberapa Orang Ahli juga mengemukakan tentang Kecerdasan Buatan, diantaranya :
- John McCarthy, 1956
Kecerdasan buatan adalah usaha memodelkan proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan perilaku manusia.
- Herbert Simon, 1987
Kecerdasan buatan adalah tempat suatu penelitian, aplikasi dan instrusksi yang terkait dengan pemrograman komputer dalam melakukan suatu hal yang menurut pandangan manusia ⎼ cerdas.
- Rich dan Knight, 1991
Kecerdasan buatan adalah suatu studi mengenai bagaimana membuat komputer mampu melakukan hal-hal yang pada saat ini masih bisa dilakukan lebih baik oleh manusia.
Dan terakhir menurut Faradika, Kecerdasan buatan adalah usaha untuk menciptakan sebuah teknologi yang bisa menyerupai apa yang isa dikerjakan oleh manusia secara alami.
Bagaimana Perkembangan Kecerdasan Buatan ?
Pembahasan sejarah AI tak bisa dilepaskan dari sosok John McCarthy. Ia disebut-sebut sebagai “Bapak AI”, walaupun eksperimen terkait telah ada sejak komputer diciptakan
McCarthy mendapatkan gelar sarjana matematika dari California Institute of Technology (Caltech) pada September 1948. Dari masa kuliahnya itulah ia mulai mengembangkan ketertarikannya pada mesin yang dapat menirukan cara berpikir manusia. McCarthy kemudian melanjutkan pendidikan ke program doktoral di Princeton University.
Sedari sekolah, ia memang dikenal memiliki kepintaran diatas rata-rata. Berdasarkan ulasan dari The Guardian , diketahui bahwa saat remaja McCarthy bahkan bisa menguasai pelajaran kalkulus tanpa bimbingan dari guru.
McCarthy kemudian mendirikan dua lembaga penelitian kecerdasan buatan. Kedua lembaga AI itu adalah Stanford Artificial Intelligence Laboratory dan MIT Artificial Inteligence Laboratory. McCarthy juga merupakan dosen di kedua universitas ternama tingkat internasional tersebut.
Di lembaga-lembaga inilah bermunculan inovasi pengembangan AI yang meliputi bidang human skill, vision, listening, reasoning dan movement of limbs. Bahkan Salah satu lembaga yang didirikan itu, Stanford Artificial Intelligence pernah mendapat bantuan dana dari Pentagon untuk membuat teknologi-teknologi luar angkasa.
Bagaimana dengan Indonesia sendiri? Walaupun belum ada ilmuwan Indonesia menghasilkan temuan kecerdasan buatan yang benar-benar diakui di mata dunia, anak-anak muda semacam Digital Nativ ini terus berinovasi dengan teknologi, bahkan memadukannya dengan unsur seni dan alam.
Bagaimana Dampak Kecerdasan Buatan terhadap kehidupan Manusia ?
Sektor industri akhir-akhir ini diwarnai dengan euforia menyambut AI. Berita-berita bisnis lumayan banyak diwarnai kebanggan berbagai industri dalam memanfaatkan teknologi canggih AI.
Kalangan pekerja ikut bereaksi terhadapnya, ada yang optimis AI tidak akan mengambil alih lahan pekerjaan mereka, ada juga yang pesimis dan cenderung panik.
Mengapa para pekerja sampai panik? Contoh sederhananya pabrik roti yang dahulu memakai tenaga manusia dalam mengemas roti, kini sudah tentu bila produksi dalam jumlah besar memakai tenaga mesin. Tujuan teknologi otomasi semacam itu memanglah akurasi dan efisiensi. Tapi tak sampai di situ, dengan adanya pengembangan AI, robot-robot pintar mungkin menggantikan pekerja di berbagai bidang pekerjaan.
Lalu kenapa? Ya dengan demikian, mata pencaharian manusia berkurang, sumber penghasilan manusia juga berkurang. Tetapi, memang bisa saja manusia-manusia pekerja mengerjakan hal-hal lain untuk mendapat penghasilan.
Sayangnya, kemungkinan besar, pekerjaan penggantinya bakal membosankan dan upahnya rendah. Begitulah skema yang tergambar sekilas.
Tapi kita harus menyadari sebagai pekerja dan sebagai manusia yang utuh, kita punya kuasa dalam mengendalikan situasi jika berserikat untuk menyepakati pandangan yang benar, bahwa sungguh, secanggih-canggihnya teknologi, manusia tidak tergantikan.
Teknologi canggih ini memang memudahkan pekerjaan kita, tetapi tak bisa menggantikan semangat (passion) kerja kita yang mengandung pula kreativitas tanpa batas serta nilai estetika tersendiri. Ini semua yang membuat kita disebut hidup, bukan benda mati.
Demikianlah sedikit tentang Kecerdasan Buatan, berikutnya akan kita bahas tentang Jenis-Jenis Kecerdasan Buatan, Silakan di pantau terus update dari Web ini dan ikuti juga di sosial media Instagram Faradika
Penulis adalah Dosen di Prodi Sistem Informasi – Universitas Dharma Andalas Padang