Sibuk Mencari Media Sosial Pelarian

Dunia maya sudah sangat akrab dengan kita, bahkan lebih banyak hari-hari dihabiskan untuk selalu berada dan berkeliling di dunia maya, baik dengan browser ataupun aplikasi jejaring sosial yang ada. Banyak cara untuk kita mendapatkan informasi dan saling terhubung satu sama lain, salah satunya dengan menggunakan jejaring sosial atau sosial media.

Social-Media-Stress-SyndromeSosial media yang masih fenomenal saat ini yaitu facebook, yang sudah mencapai 1 Milyar pengguna pada tahun 2012 lalu, sekarang entahlan sudah berapa jumlahnya.

Melihat banyaknya orang atau pengguna jejaring sosial ini, hingga akhirnya tren jejaring sosial bermunculan seperti jamur di musim hujan, banyak jenis jejaring sosial yang muncul, dan bahkan jejaring sosial lokal pun banyak hadir, namun jarang yang mendapat tempat yang baik untuk pasar indonesia.

Sebagai pengguna facebook atau jejaring sosial, saya merasakan bagaimana sosial medi itu telah merubah cara kita dalam berkomunikasi dan berfikir, dengan adanya fitur untuk update status, yang setiap kita login akan selalu ditanya Apa yang anda fikirkan ?, tentunya kita akan mulai berfikir untuk menulis sesuatu di wall facebook, tujuannya untuk apa ?, yaitu untuk dibaca oleh orang lain yang menjadi teman di facebook kita, untuk dikomentari oleh banyak orang, sehingga beberapa kasus kekecewaan terjadi kepada beberapa orang yang tidak bisa mengontrol diri ketika menggunakan facebook, seperti melakukan update status untuk mendapatkan komentar atau like dari seseorang ataupun dari banyak orang, sehingga tidak jarang kita membuat status yang sedikit berlebihan dan tidak mencerminkan diri kita sebenarnya.

Setelah membuat sebuah status yang penuh harapan agar dikomentari oleh banyak orang, dan di sukai banyak orang, hailnya kita sudah berubah dari kepribadian asli kita, namun kekecewaan akan datang ketika kita suda capek dan susah mencari kalimat yang bagus dan sedikit berlebihan ternyata tidak ada yang komen satupun, itulah yang membuat sebagian orang yang tidak bisa mengontrol diri tai menjadi galau dan kecewa, sehingga meuncullah status berikutnya tentang kesedihan.

Saat ini sudah banyak jejaring sosial yang baru, dan jujur saya sudah jarang di facebook, berbeda dengan 3 atau 4 tahun lalu, masih sangat eksis di facebook, perlahan mulai bosan dan gengsi menggunakan facebook, berpindah ke twitter, dan pindah lagi ke jejaring sosial yang terbaru dan banyak digunakan selebritis, dan saat ini jejaring sosial yang paling sering saya buka adalah Path, itulah yang sedang hangat di dunia maya saat ini, setelah sebelumnya di Instagram.

Path ini bagi saya menjadi sebuah tempat pelarian untuk membuat status dan update secara berkala, karena sudah mulai gengsi dengan facebook, mulailah mencari jejaring sosial yang baru dan sedang hangat, dan hasilnya bagaimana, ternyata aktifitas yang dilakukan di path sama dengan yang dilakukan di facebook beberapa tahun lalu, entahlah sampai kapan jejaring sosial ini akan bisa mempertahankan gengsinya sehingga saya tidak gengsi lagi, dan entah jugalah dengan anda pengguna path, semoga saja tidak seperti saya yang masih butuh sosial media, tapi gengsi menggunakan yang pasaran, tapi jujur saya tidak terlalu gengsi, tapi sok gengsi mungkin.

Apapun tujuan dan alasannya, tetap harus percaya diri, dan tujuan utama saya memiliki semua akun di setiap jejaring sosial adalah untuk mempelajari jejaring sosial itu dan melihat peluang disana, karena sebagai orang yang bekerja di dunia IT, tentunya harus memiliki wawasan tentang itu, apalagi saya setiap hari berinteraksi dengan anak SMP dan SMA, mereka tentunya selalu ada yang terbaru, jika tidak tahu dan belum mengenal tentandg dunia yang baru itu, tamatlah kepercayaan sebagai pendidik di dunia teknologi, memang sebenarnya kalau urusan teknologi, kita harus belajar kepada yang lebih muda, jangan malu belajar teknologi pada yang lebih muda, karena yang terbaru akan lebih mudah dikuasai oleh anak muda dibandingkan dengan orang tua.

Karena, anak-anak akan di didik oleh Zamannya, jangan samakan dengan zaman kita dulu.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.